
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mencatat pendapatan sebesar Rp 672 triliun hingga Juli 2025. Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menyatakan bahwa capaian ini menunjukkan kemampuan perseroan menjaga kinerja positif meski menghadapi tekanan global, termasuk fluktuasi harga minyak mentah, diesel, dan kurs dolar AS. “Meskipun mengalami penurunan signifikan, Pertamina tetap berhasil mempertahankan stabilitas keuangan,” ujar Simon.
Kontribusi Maksimal bagi Negara
Selain pendapatan, Pertamina juga menjadi salah satu BUMN dengan kontribusi terbesar bagi negara melalui pajak, dividen, dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Hingga Juli 2025, kontribusi total perseroan mencapai Rp 225,6 triliun. Simon menekankan bahwa pencapaian ini merupakan bukti nyata pengelolaan perusahaan yang efektif, sekaligus menunjukkan tanggung jawab Pertamina terhadap pembangunan nasional.
Baca JugaBelum Genap 3 Bulan, KAI Living Gondangdia Sudah Capai Okupansi 86%
Capaian Operasional yang Signifikan
Dalam hal operasional, Pertamina mencatat sejumlah capaian penting. Pertamina menemukan cadangan minyak dan gas baru sebesar 724 juta barrel oil equivalent di wilayah Kerja Rokan. Selain itu, perseroan memproduksi sustainable aviation fuel pertama di Asia Tenggara dengan kapasitas 9 ribu barel per hari, menunjukkan komitmen perusahaan pada inovasi energi ramah lingkungan.
Perseroan juga menargetkan penyelesaian proyek revitalisasi tanki Arun dengan kapasitas 127.200 m³ pada tahun 2025. Selain itu, pembangkit listrik tenaga panas bumi Lumut Balai telah beroperasi dengan kapasitas 800 GWh, sedangkan Pertamax Green 95 tersedia di 160 outlet dengan total volume penjualan 4,83 ribu kiloliter. Semua capaian ini menunjukkan konsistensi Pertamina dalam mendukung energi terbarukan dan ramah lingkungan.
Fokus pada Bisnis Inti dan Strategi Spin Off
Simon menegaskan bahwa Pertamina akan lebih fokus pada lini bisnis inti, yakni minyak, gas, dan energi terbarukan. Beberapa unit bisnis non-inti, termasuk maskapai Pelita Air, berpotensi dilepas atau dimerger dengan Garuda Indonesia. “Langkah ini dilakukan agar Pertamina dapat mengalokasikan sumber daya secara optimal pada core bisnis,” jelas Simon.
Pelita Air merupakan anak usaha Pertamina yang bergerak di bidang penerbangan komersial berjadwal, penerbangan tidak berjadwal, serta pelayanan penerbangan untuk kebutuhan pemerintah. Rencana merger dengan Garuda Indonesia telah dibahas sejak awal tahun, dan manajemen Garuda menyatakan prosesnya masih dalam tahap diskusi awal. “Diskusi masih pada tahap penjajakan dengan pihak terkait,” ungkap manajemen Garuda.
Ketahanan di Tengah Tekanan Global
Meski harga minyak dunia mengalami penurunan, Pertamina mampu menjaga stabilitas keuangan dan operasional. Strategi manajemen yang proaktif, efisiensi biaya, serta fokus pada inovasi energi terbukti efektif menjaga profitabilitas. Simon menekankan, “Kami tidak sekadar menjalankan bisnis, tetapi bergerak cepat dan fokus pada quick wins agar seluruh lini bersinergi menghasilkan manfaat nyata bagi perusahaan dan negara.”
Inovasi Energi Ramah Lingkungan
Inovasi menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan Pertamina di semester I 2025. Sustainable aviation fuel dan Pertamax Green 95 merupakan bukti nyata komitmen perusahaan terhadap energi hijau. Proyek revitalisasi tanki Arun serta pengoperasian pembangkit panas bumi Lumut Balai memperkuat diversifikasi energi dan mendukung pertumbuhan energi terbarukan di Indonesia.
Strategi Masa Depan dan Energi Terbarukan
Ke depan, Pertamina akan menguatkan posisi sebagai perusahaan energi nasional yang adaptif, inovatif, dan berkelanjutan. Fokus pada core bisnis dan energi terbarukan diproyeksikan mampu meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi risiko, serta memperkuat kontribusi pada pembangunan nasional.
Rencana merger Pelita Air dan Garuda Indonesia juga diharapkan dapat memaksimalkan sinergi di sektor transportasi udara, sambil memungkinkan Pertamina fokus pada energi dan eksplorasi migas. Strategi ini menunjukkan komitmen Pertamina dalam menjaga kesinambungan bisnis sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dampak bagi Industri Energi Nasional
Semester I 2025 membuktikan ketahanan Pertamina dalam menghadapi tekanan global dan fluktuasi harga energi. Pendapatan Rp 672 triliun, kontribusi Rp 225,6 triliun bagi negara, serta pencapaian operasional signifikan menjadi fondasi kuat untuk menghadapi semester II 2025.
Dengan fokus pada core bisnis, inovasi energi ramah lingkungan, dan rencana spin off unit non-inti, Pertamina mampu menjaga profitabilitas dan memperkuat posisinya sebagai BUMN strategis. Perusahaan menunjukkan bahwa manajemen yang efektif, strategi yang tepat, dan inovasi berkelanjutan mampu menghasilkan kinerja positif dan memberikan manfaat bagi masyarakat, negara, serta industri energi nasional.
Pertamina berhasil membuktikan bahwa meski menghadapi tantangan global, ketahanan perusahaan, inovasi, dan strategi yang tepat akan terus membawa pertumbuhan yang berkelanjutan. Dengan langkah-langkah strategis ini, Pertamina diharapkan tetap menjadi penggerak utama energi nasional sekaligus pendukung pembangunan ekonomi yang berkesinambungan.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Jasa Marga Perluas SPKLU Dukung Transportasi Berkelanjutan
- 12 September 2025
2.
Kontrak Baru PTPP Dorong Pertumbuhan Infrastruktur Nasional
- 12 September 2025
3.
ASDP Indonesia Ferry Catat Laba Tinggi Semester I 2025
- 12 September 2025
4.
Pertamina Capai Pendapatan Fantastis di Semester I
- 12 September 2025
5.
Rasakan Sensasi Skydiving dengan Berbagai Jenis Serunya
- 12 September 2025